Dalam bagian ini
akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa, ditinjau dari
segi pendekatan, metoda, tujuan, serta peranan guru.
a. Pendekatan
spiral dalam pembelajaran matematika
Disebabkan oleh adanya peningkatan taraf
kemampuan berfikir para siswa sesuai dengan perkembangan kedewasaan atau
kematangan mereka, Bruner menganjurkan digunakanya pendekatan spiral (Spiral
Approach) dalam pembelajaran matematika. Maksudnya, sesuatu materi matematika
tertentu seringkali perlu diajarkan beberapa kali pada siswayang sama selama
kurun waktu siswa tersebut berada disekolah, tetapi dari saat pembelajaran yang
satu ke saat pembelajan berikutnya terjadi peningkatan dalam tingkat
keabstrakan dan kompleksitas dari materi yang dipelajari, termasuk peningkatan
dalam keformalan system notasi yang digunakan.
Sebagai contoh, pada suatu saat siswa
SMP/SLTP mempelajari fungsi yang daerah asal ????????
b. Metode
dan tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan
tidak sepenuhnya seiiring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh
pengtahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang tepat melatih kemampuan-kemampuan intelektual para
siswa, dan merangsang keinginan tahu mereka dan memotivasi kemampuan mereka.
Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi, kalau kita mengajarkan sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan
perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin
membuat anak-anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan
serta dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui itu adalah suatu proses,
bukan suatu produk.
Dalam belajar penemuan siswa mendapat
kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau
dalam suatu tanya jawab dengan guru, atau oleh guru dan atau siswa-siswi lain,
untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, atau oleh guru dan
siswa-siswa bersama-sama. Dengan demikian jelas, bahwa peranan guru lain sekali
bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara klasikal dengan
metode ceramah. Dalam belajar penemuan ini, guru tidak begitu mengendalikan
proses belajar mengajar.
c. Peranan
guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru
dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Merencanakan
pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah
yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan
materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan
masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan
masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan penggunaan fakta-fakta
yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh
siswa-siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan
demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbulah masalah.
Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian
yang merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis
dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah
itu.
Selain hal-hal tersebut diatas, guru juga
harus memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Cara-cara
penyajian itu ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Contoh
cara-cara penyajian ini telah diberikan dalam uraian terdahulu. Untuk menjamin
keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan cara penyajian yang
tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Disarankan agar guru mengikuti
aturan penyajian dari enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual
diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik, jadi demikian pula
harapan tentang urutan pengajaran. Bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium
atau secara teoretis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau
tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan
yang diprelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan.
Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang
tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara demikian
rupa, hingga siswa tidak tetap tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa
harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
Menilai hasil belajar merupakan suatu
masalah dalam belajar penemuan. Dilapangan, penilaian hasil belajar penemuan
meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi,
dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru.
Untuk maksud inibentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes esai.